Habitus- Selera Pierre Bourdieu


Review “Aristocracy of Culture: Pierre Bourdie”


Salah satu istilah penting dari bourdie adalah pemikirannya mengenai “habitus” yang didefinisikan sebagai system disposisi. Disposisi dapat diartikan sebagai system yang mempengaruhi individu untuk bertindak. Habitus ini membentuk personal taste yang menghasilkan pembedaan “distinction”.
Bourdie berpendapat bahwa ada pembedaan dalam budaya. Pembedaan” taste” ini disebabkan pemikiran Bourdie yang mengkritisi ajaran apriori Immanuel Kant. Ajaran Kant melihat suatu seni dari segi symbol estetika murni saja. Sedangkan Bourdie mempunyai pandangan lain bahwa seni yang murni itu tidak ada. Dia mencurigai adanya praktik-praktik simbolik dibalik dari estetika tersebut. Bourdie berpendapat bahwa tidak ada yang murni dalam suatu karya seni melainkan ada praktik simbolis yang dominan didalamnya. Pada akhirnya pembedaan itu dikonstruksikan untuk melawan symbol-simbol dominan dalam karya seni/budaya.
Pembedaan ini dikarenakan taste itu dinamis. Pemikirannya tentang pemahaman taste yaitu sebagai sesuatu yang tidak dapat diraba atau dinyatakan dengan jelas dan ini merupakan bentuk yang bisa berubah – ubah tergantung dari subject nya. Maka dikatakanlah bahwa taste itu bersifat subjective.
Dalam mengamati “taste” sebagai suatu fenomena, dia berpendapat bahwa taste itu bukan lah pilihan individu melainkan sebuah struktur sosial. Bourdie berpendapat bahwa taste itu bisa saja dipengaruhi oleh pendidikan.  Semua kegiatan mengkonsumsi budaya (cultural practices) seperti museum visit, reading dll erat kaitanntya dengan level pendidikan.
Seperti yang tertulis diatas bahwa manusia  memiliki personal taste yang melahirkan pembedaan. Menurutnya “taste” dapat digunakan sebagai penanda pembedaan kelas dalam kehidupan. Pembedaan oleh Bourdie dengan menyebutkan istilah kelas ini bukan berarti kelas jelek ataupun tinggi melainkan tiap – tiap individu atau actor budaya membedakan diri untuk menunjukkan kelasnya masing- masing. Pembedaaan ini pada dasarnya adalah sebuah bentuk perlawanan atau perjuangan oleh tiap-tiap kelompok kelas. Dalam fenomena tersebut Bourdie menyebutkan istilah arena budaya atau arena pergulatan dengan melibatkan agen-agen dengan masing-masing menghuni arena tersebut. Agen-agen yang ada didalamnya saling membangun strategi untuk meraih posisi yang dibutuhkan.
Hakikat dari konsumsi budaya berubah yang awalnya merupakan sebuah kebutuhan menjadi sebuah keinginan untuk menandai konsumsi yang mengartikulasikan rasa identitas kelas sosial. Hal ini adalah sebuah fenomena yang signifikan untuk perhatian budaya mengenai perkembangan masyarakat konsumen tentang produksi makna konsumen yang berbeda karena habitus manusia melahirkan berbagai macam perspective.
Mengenai habitus yang memunculkan selera. Disini berarti selera bisa menghadirkan sebah ideology atau makna makna alternatif. Dengan kata lain Habitus membuat banyak kemungkinan tentang produksi pemikiran maupun persepsi. Bourdie ini mengartikan bahwa lived experienced dari origin bisa membentuk selera yang nantinya membentuk makna. Selera itu muncul melaluli proses internalization yang dibentuk bisa saat waktu di sekolah, keluarga, maupun di suatu kelompok. Ini mengartikan bahwa Bourdie lebih memfokuskan pada asal usul (origin) atau yang tertanam secara literal mengenai munculnya selera/hasrat individu.
        Dengan pemikiran Bourdieu ini secara efektif dapat digunakan untuk mendekonstruksi pendekatan – pendekatan yang mengapresiasi seni dan budaya berdasarkan nilai estetika. Pemikiraannya hampir sama dengan pemikiran Derridda tentang teori dekonstruksi. Mereka  menentang teori yang maknanya stabil dikarenakan makna menurutnya tergantung pada subyek.
              


Sumber :
Bourdieu, Pierre. “(i) Introduction; (ii) The Aristocracy of Culture” Media and Cultural Studies: Keywork. edited by Meenakshi Gigi Durham and Douglas M. Kellner., Malden, MA :Blackwell, 2006, pp. 322-327.

Comments

Popular posts from this blog

EXPLORE KARANGAYAR - Omah Kodok dan Air terjun Parang Ijo

BUKIT MONGKRANG TAWANGMANGU KARANGANYAR- PIKNIK TIPIS2 BERSAMA ILALANG

BACKPACKER-AN DAN CAMPING DI GUNUNG BROMO, MALANG, JAWA TIMUR (LOW BUDGET)